Senin, 11 April 2011

Pendidikan yang Ironis


Pendidikan itu ironis


menurut kami sistem pendidikan berstandar KKM, adalah sistem yang buruk karena kenapa??
sistem tersebut sungguh menekan siswa untuk mendapatkan nilai yang sesuai standar!!
ini baik untuk mereka yang pintar
namun tidak baik untuk orang yang pintar dalam tanda kutip

maksudnya orang yang melakukan segala cara untuk mencapai KKM

seperti nyontek
cari info ulangan
dan lain lain

pendidikan ini menurut kami sama dengan pendidikan yang menghasilkan koruptor

ingat gayus
dia pintar namun dia tidak jujur juga
akhirnya dia koruptor

dan dalam kenyataannya orang yang pintar yang tidak jujur itu lebih berbahaya daripada penjahat yang bodoh

inti dari posting ini adalah
nilai bukan segalanya
yang penting kemampuan
jadi sistem penilaian pun bukan terfokus pada nilai namun kualitas

dari nyontek




akhirnya korupsi




begitulah
only us know

siklus ironis

belajar - ulangan - remidi - gagal - tugas

Menyontek itu tidak efektif

menyontek, mungkin kata ini tidak asing lagi bagi kita para pelajar dan bagi para guru.
kebiaasaan buruk ini mungkin sudah menjadi hal yang dibiasakan oleh para siswa. apalagi sekarang, menginjak SMA pelajaran makin sulit, ditambah kita semakin malas. jadi cara singkat menghadapi kesulitan ulangan yaitu dengan cara mencontek.
bisa dengan membuat kopean, menyimpan buku dibawah meja atau menanyakan pada teman.

tapi bila dilihat dari sudut pandang saya.
mencontek itu tidak efektif kita menulis jawaban di kertas, lalu kita bawa pas ulangan, waktu ulangan kita baca kertas tersebut sambil di hapal terus kita tulis lagi
menurut saya itu tidak efektif

lebih efektif kalo kita belajar

kita menghapal, lalu pas ulangan langsung kita tulis
kita hanya menggunakan 2 kali usaha

jadi untuk rekan rekan pelajar lainnya di seluruh dunia
kami menghimbau untuk katakan tidak pada mencontek selamat hari PENDIDIKAN

Kamis, 31 Maret 2011

are we Based International School ????

untuk bab ini kami agak samarkan
yey

wew
:P

mungkin kalo dikatakan SBI belum kali yaa
bahkan jauh dari kriteria tersebut


oke kita bahas sebagian aspek aspek yang kurang dari dari SMANDA untuk menjadi SBI

1.sarana & prasarana sekolah
meski SMAN 2 Ciamis merupakan sekolah yang sarana & prasarananya paling kumplit se ciamis namun tetep untuk bisa dikatakan SBI masih jauh

a. Koneksi wifi
meski ada setumpuk wifi di SMANDA tapi untuk menikmati fasilitas tersebut secara maksimal mungkin siswa SMANDA harus hotspotan pukul 7 malam atau pake aplikasi netcut
artinya jumlah wifi tersebut masih belum seimbang dengan jumlah siswa SMANDA
b. sarana
-sarana untuk olahraga
SMANDA belum punya kolam renang dan fasilitas lainnya untuk mendukung olahraga atletik lainnya
-sarana untuk pelajaran lainnya:
alat praktikum biologi, kimia fisika dll
c. Ruang kesenian & alat kesenian
Ruang kesenian mana?
alat belum kumpilt

2. kreatifitas siswa / SDM
siswa masih belum kreatif karena berbagai faktor : Sarana, Tugas sekolah, dan dukungan dari wakasek
kita masih belum punya:
komunitas fotographi
komunitas pembuat film
dan oraganisasi seni yang mengurus seni secara menyeluruh.

Belajar filsuf yang ironis


Untuk apakah hidup ini? Bila kucari hingga ujung, akankah dunia menjawabnya? Bila kususuri hingga bagian paling gelap di suatu sudut hampa di belahan lain bumi, akankah kutemui jawabnya? Bila makhluk asing bisa temukan kehidupan di bumi hanya melalui sebuah lubang cacing, akankah kutemukan satu kehidupan yang lebih berarti melalui sebuah lubang hampa didalam celah hati ini? Ah, hidup memang misteri. Ya, misteri…

Di satu waktu dalam penciptaan jagad, aku terdiam disamping jendela di atas khayal yang bukan mimpi. Duduk, itu yang kulakukan. Dan hanya itu yang bisa kulakukan. Apa lagi? Tak ada hal lain yang lebih berguna yang bisa kulakukan selain duduk terdiam, meratapi hidup. Menatap satu persatu butiran hujan yang berjatuhan dari langit. Alangkah banyak butiran itu, butiran bening yang indah berkilau karena disentuh oleh hangatnya mentari senja. Butiran itu sangat kecil, berdiameter kira-kira 2 milimeter. Namun mereka sungguh banyak hingga tak mungkin untuk dihitung. Adakah yang sanggup menghitung satu dari sekian_sekian ciptaan Tuhan ini?

Satu saja tetesan air mata langit itu menyentuh bumi dalam sehela nafas, berjuta helaan nafas lainnya kian tercipta atas kekuasaan-Nya. Dalam otak yang kerdil ini tengah berenang-renang satu tanya tentang mimpi buruk. Apa yang akan terjadi bila gravitasi di bumi ini tiba-tiba saja lepas dan menghilang? Misalkan gravitasi menjadi kabut pekat, masihkah air yang suci itu kan menyejukan kehidupan. Bukankah segala sesuatu yang jatuh ke tanah kering ini adalah karena Tuhan menghendaki adanya gravitasi.

Alangkah berharganya air mata langit untuk menghentikan berjuta tangisan manusia di alam ini. Ya, butir-butir hujan yang masih suci. Lalu apa yang akan terjadi bila kesucian itu tiba-tiba saja terkontaminasi dengan asam yang kadarnya begitu tinggi. Asam yang tak lain diciptakan oleh manusia itu sendiri. Bukankah manusia ingin kesejukan murni, lantas mengapa mereka merusak impian itu sendiri…

Oh, Tuhan!

Dalam lamun kesendirianku senja itu, yang hanya berteman sepi dan dingin, memoriku melayang-layang menembus atmosfer sejarah kehidupanku. Peristiwa yang baru berlalu beberapa jam saja. Tentu yang kuingat haruslah yang baru saja terjadi. Kapasitas memoriku mungkin hanya sebatas floppy 31/2 inchi saja, hanya mampu menampung 720 kb dari seluruh alam nyataku. Sungguh, begitu kerdilnya diri ini jika dibandingkan dengan Einstein dan Shakespeare. Bahkan tak mampu menjangkau Habibie yang sama-sama bangsa Indonesia, tak mungkin. Dari 36 manusia yang bernaung dibawah satu atap kelas saja, mungkin aku berada di urutan paling bawah.

“Apakah arti hidup menurut kalian?” Sebuah kalimat tanya meluncur bagaikan rudal menggelegar di sebuah ruang kelas. Bila kalimat itu adalah rudal, maka Pak Ernest adalah Bumi dan kami para siswa adalah Bulannya. Jelas, kalimat itu tertuju padaku dan siapa saja yang mendengarnya.

“Hidup adalah sesuatu yang buruk, namun harus dibuat baik dengan usaha.” Seseorang angkat bicara. Mungkin dia adalah orang paling hebat saat ini karena mampun berpendapat tentang artian hidup yang misterius.

“Hidup adalah sesuatu yang buruk ketika hal itu buruk, dan hidup juga adalah sesuatu yang baik ketika dia menjadi baik.” Seorang lainnya ikut berpendapat. Sedikit inginku untuk tersenyum mendengar kalimatnya itu. Baik dikala baik, dan buruk disaat buruk. Bukankah itu sebuah pandangan hidup yang, menurutku, plin plan. Maka apakah hidup itu sendiri adalah sesuatu yang plin plan?

Ketika kutanya tentang artian hidup pada seseorang yang senantiasa berada disampingku, sahabat sebangku. “Apakah artian hidup menurutmu?” Senantiasa ia menggeleng seketika. Tentu saja jawabannya adalah,”Aku tak punya pandangan hidup.” Lantas apakah hidup adalah sesuatu yang kosong?

Jika saat itu Pak Ernest bertanya padaku, maka jawabanku mungkin, “Hidup adalah misteri.” Hmh, aku tersenyum sendiri memikirkannya. Itu bukan sebuah jawaban, kan? Ah, aku semakin bingung memikirkan arti hidup ini.

Senja semakin merajam, malam semakin kelam, pandanganku semakin buram. Kuambil sebuah buku besar yang beratnya hampir satu kilo. Mungkin ilmu yang berada didalamnya begitu banyak pula. Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka tahun 1989 yang telah disesuaikan denga EYD. Kubuka sehelai demi sehelai halamannya. Pertama yang kulakukan adalah mencari hurup awal H yang setelah kutemukan segera kucari kata hidup.

Menurut kamus bahasa Indonesia, hidup berarti masih bergerak, masih berguna, bertumpu pada satu hal. Aku masih bisa dikatakan hidup karena aku masih bisa bergerak. Aku juga masih hidup karena aku bertumpu pada suatu kehidupan, yaitu mimpi. Tapi, apakah aku masih bisa dikatakan hidup disaat diriku saat ini sungguh tidak berguna?

Berguna bagiku adalah bisa membahagiakan kedua orang tua yang senantiasa menyayangi dan mengharap yang terbaik dariku. Berguna itu adalah aku yang mampu mencipta sesuatu dengan pikiranku sendiri. Aku ingin berguna, tapi tak bisa.

Ah, aku masih penasaran dengan arti hidup ini. Yang kutahu kehidupanku akhir-akhir ini senantiasa dipenuhi oleh hujatan-hujatan tugas sekolah. Sungguh aku muak bila mengingatmya, jangan-jangan hidup adalah sebuah tugas yang harus kita selesaikan. Dan lebih cepat itu lebih baik. Mungkin juga hidup ini adalah sebuah ulangan harian yang harus dikerjakan dengan baik dan benar. Tapi apakah aku mampu lulus test disaat tugas-tugas semakin bertambah dan bertambah.

Jangan-jangan seorang guru itu (maaf) gila! Sempat aku berpikir demikian dengan keadaan seperti ini. Maaf! Inilah hidup, manusia, yang selalu berfikir negative ketika otaknya hampir buntu. Dan rupanya pagi ini kapasitas otakku telah mengalami Random Error, kesalahan dalam pengukuran hidupku. Benar-benar fatal.